webmaster.ocarm@gmail.com | sekprov.oki@gmail.com

Inspirator

Spiritualitas Karmel diwarnai oleh dua tokoh inspirator. Yang pertama adalah Nabi Elia, yang dikembangkan oleh para Karmelit dalam bentuk hidup di Gunung Karmel, tempat dimana Nabi Elia dahulu berkarya. Yang kedua adalah BundaMaria; keakraban dengan Maria ini nampak jelas karena para Karmelit menyebut dirinya saudara-saudara Bunda Maria dan karena gereja pertama di Gunung Karmel dipersembahkan kepadanya.

Nabi Elia

Perkataan “Gunung Karmel” dalam nama resmi Ordo Saudara-saudara Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel, bukanlah melulu keterangan tentang asal. Nama itu menunjuk kepada Nabi Elia. Tokoh Nabi Elia dengan segala kepribadian, hidup dan tindakannya yang mengesankan menjadi sumber inspirasi bagi pertapa-pertapa di Gunung Karmel. Elia adalah nabi yang berani dan bersemangat untuk berjuang bagi perkara Allah dan peka terhadap kebutuhan-kebutuhan paling mendalam dari umatnya. 

Dari Elia, para karmelit belajar menjadi pertapa padang gurun, yang dengan hati yang tak terbagi berdiri di hadapan Allah, mengabdikan diri seutuhnya kepada Allah, mengutamakan pengabdian mereka kepada perkara Allah, dan terbakar oleh cinta yang hangat akan Allah. Sebagaimana Elia, para Karmelit percaya akan Allah dan membiarkan dirinya dibimbing oleh Roh dan Sabda, yang mengakar dalam hatinya, untuk memberi kesaksian akan kehadiran ilahi di dalam dunia, dengan membiarkan Allah menjadi sungguh-sungguh Allah dalam hidupnya. Dan akhirnya, mereka melihat Elia sebagai bagian dari sekelompok nabi, dan darinya mereka mengetahui apa artinya  hidup berkomunitas. Selain itu, dari Elia para Karmelit juga belajar menjadi saluran cinta Allah yang lembut kepada mereka yang miskin dan rendah hati. Semboyan Nabi Elia “Zelo Zelatus Sum Pro Dominum Deo” (Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan Allah Raja Semesta Alam) menjadi semboyan para Karmelit. 

Bunda Maria

Dalam mengikuti Kristus para Karmelit melihat pribadi Maria sebagai sumber inspirasi dan teladan yang tepat. Semasa hidupnya Santa Perawan Maria menjadi umat Kristus yang sempurna. Ia mencerminkan segala keutamaan dan menghayati sabda bahagia Kristus sepenuhnya. Maria adalah seorang manusia yang hidup bersumber dan berpusat pada Allah. Dengan rendah hati ia terbuka bagi Allah dan menjadikan kehendak Allh sebagai pedoman hidupnya, pada awal kedatangan Sang Sabda di dunia dalam dirinya dan pada akhir hidup Putranya.

Sebagaimana Maria, para Karmelit mendambakan hidup dalam persatuan mesra dengan Allah dengan bersumber pada persatuan dengan Allah itu. Mereka mewujudkan hubungan manusiawi yang mendalam dan otentik dengan orang lain. Maria adalah tokoh yang sungguh mendapat tempat dalam kehidupan para Karmelit. Maria sungguh diakui memberikan perlindungan para Karmelit, meskipun kita ini adalah abdi-abdi (hamba) Maria. Dalam abad pertengahan gagasan Maria sebagai “tuan” sekaligus pelindung ini diungkapkan dengan Domina Loci yang berarti “yang memiliki dan berkuasa atas tempat”. Para Karmelit yang tinggal di tempat itu, harus menghormati dan mengabdinya. Dia sebagai pemilik dan penguasa yang melindungi kita.