Sebagai sebuah ordo religius, para biarawan Karmelit memiliki pakaian khas yang biasa disebut jubah Karmel. Jubah Karmel ini menjadi pakaian religius yang dikenakan pada acara-cara liturgi Karmel (misalnya pengikraran kaul) dan acara-acara besar Karmel (misalnya perayaan-perayan). Di masa lampau, sebelum Konsili Vatikan II, jubah ini menjadi pakaian sehari-hari, namun kemudian seiring dengan berkembangnya teologi hidup di tengah umat dan seperti umat, jubah ini hanya dikenakan pada saat-saat tertentu. Untuk pakaian harian para karmelit berpakaian sebagaimana kebiasaan dan budaya orang-orang yang hidup di sekitar mereka. Jubah Karmel terdiri dari tunik (baju panjang sampai ke mata kaki) berwarna coklat, skapulir (kain panjang semacam celemek masa lampau) berwarna coklat, hood, kapus (penutup kepala) dari kain berwarna coklat, sabuk kulit berwarna hitam dan pada saat-saat istinewa mengenakan mantol dan kapus berwarna putih. Unsur-unsur pakaian khas ini memiliki makna spiritual. Warna coklat diambil dari warna tanah, yang mengingatkan mereka bahwa mereka adalah orang-orang yang berasal dari tanah dan rendah sebagaimana tanah. Skapulir coklat memiliki makna bahwa para Karmelit adalah anak-anak Maria yang memberikan skapulir secara khusus kepada para Karmelit agar selalu ingat akan bundanya dan meneladan bundanya. Mantol putih mempunyai dua arti, mantol menunjukkan bahwa para Karmelit adalah anak-anak Nabi Elia yang mantolnya kemudian diberikan kepada Nabi Elisa, sedangkan warna putih pada mantol diartikan perlindungan Maria. Pada awalnya mantol para Karmelit ini putih bergaris-garis hitam namun setelah berpindah dari Tanah Suci ke Eropa, mereka mengganti warna mantolnya menjadi putih.