“Kereta Misteri” atau “Indoor Coaster” bukanlah hal yang asing lagi bagi kami yang mengikuti Temu Persaudaraan – Vacare Deo*** jilid II. “Kereta Misteri” atau “Indoor Coaster” itu adalah permainan baru yang ada di Dunia Fantasi, Ancol. Saat ke Dufan, saya ingin ke permainan itu; selain karena wahana baru, saya juga penasaran dengan rasa/atmosfer naik roller coaster yang ada hantu-misterinya. Itu adalah bayangan saya sebelum pergi ke Dufan pada kegiatan Temu Persaudaraan – Vacare Deo jilid II ini. Begitu jugalah kesan saya terhadap Temu Persaudaraan – Vacare Deo jilid II ini. Saya bertanya-tanya dalam hati, “Seperti apakah Temu Persaudaraan – Vacare Deo kali ini?” Persiapan singkat, ada kekurangan di sana-sini, tidak ada pelatih drama maupun tari, dan kami para frater juga diliputi kebingungan ini itu. Lalu saya juga penasaran, “Apakah Temu Persaudaraan kali ini bakal seru?” Inilah misteri yang melegakan ketika semua sudah selesai dijalankan, seperti halnya saya dan para saudara yang lain merasa lega setelah naik Kereta Misteri di Dufan, Ancol. Tentunya dari semua yang ada, saya menemukan nilai-nilai hidup yang berguna bagi perjalanan panggilan saya di Karmel. Dan melalui sharing-refleksi ini, saya hendak bersyukur atas itu semua.
“Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib; aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi nama-Mu, ya Mahatinggi.” Mazmur 9:2-3
Saya dan Kepompong Vacare Deo
Acara Vacare Deo kali ini memiliki kesan tersendiri bagi saya. Saya mendapat kesempatan untuk ambil bagian dalam drama ”Operet Kehidupan” sebagai pemeran Romo Iwan. Pada kesempatan ini, saya sungguh diuji oleh Tuhan. Mengapa? Karena pada awal profes ke-lima, saya berjanji bahwa saya akan meng-iya-kan apapun tugas/kepercayaan yang diberikan kepada saya (dulunya saya sering lari dari tugas/kepercayaan). Dan ternyata Tuhan menguji saya melalui Vacare Deo ini. Rm. Andi Sumaryono memberitahu tugas tersebut pada saya. Dengan setengah terpaksa, karena janji tersebut saya meng-iya-kan tugas untuk menjadi pemeran dalam drama, walaupun sebelumnya juga sempat tawar-menawar (hehe…).
Ujian dari Tuhan kiranya tidak berhenti di sini. Kami, yang berperan pada drama sudah berusaha berlatih sesuai teks yang ada, bahkan sudah ditampilkan di Jember. Namun, setelah teks drama tersebut ditampilkan di Jember, kami diminta untuk mengubah jalannya cerita. Bagaikan kesambar petir, kami menerima berita tersebut. Padahal 2 hari lagi “Operet Kehidupan” akan ditampilkan lagi di Malang. Gila, misteri ini sungguh mengerikan…!! Walaupun shock, saya mencoba untuk mengikuti saran tersebut, sekalian belajar mempraktekkan kaul ketaatan (hehe…). Dan setelah kami berusaha memodifikasi cerita, ternyata “Operet Kehidupan” menjadi lebih baik dan semakin hidup. Inilah “Kereta Misteri” yang terjawab dengan indah. Saya bersyukur untuk ini semua. Saya sadar bahwa memberi untuk orang lain itu tidak harus dari sesuatu yang berlebihan. Saya belajar bagaimana harus memberikan diri kepada orang lain dari kekurangan saya. Kekurangan ini juga adalah pemberian Tuhan, dan pemberian ini tidaklah tepat jika hanya saya simpan untuk diri sendiri. Saya perlu untuk membagi apa yang saya miliki ini. Walaupun sedikit, jika saya memberikannya dengan tulus maka akan berbuah bagi orang lain.
Begitu-jugalah yang saya lihat dalam Ordo Karmel. Pada penyelenggaraan Vacare Deo ini, saya melihat bahwa ordo memang ingin memberikan ‘sesuatu’ bagi Gereja. Bukan sesuatu yang besar, ingar bingar, atau pun sesuatu yang menakjubkan. Melainkan memberi sebuah “Operet Kehidupan” yang sederhana dengan berbagai kekurangan di sana-sini. Namun yang paling penting bukan itu, yang paling penting adalah sukacita yang dibawa oleh Ordo Karmel bagi seluruh umat. Sukacita inilah yang ternyata menjadi persembahan utama bagi Gereja.
Inilah kepompong kehidupan saya. Di dalam Vacare Deo ini, saya dibentuk oleh setiap tantangan yang ada. Saya sadar bahwa sebuah tantangan itu bukanlah untuk dihindari, melainkan untuk dihadapi. Tantangan itu memang kelihatannya sulit dan menyakitkan. Namun jika dihadapi dengan keyakinan, semua pasti akan menjadi indah pada waktunya. Kebersamaan, kerja sama dan dukungan dari saudara-saudara yang lain sangat dibutuhkan dalam hal ini. Dalam suasana persaudaraan inilah, “Operet Kehidupan” sungguh menjadi operet kehidupan bagi saya dan juga saudara-saudara yang lain. Inilah kepompong kehidupanku dan juga kepompong kehidupan kami semua, para frater Ordo Karmel Indonesia. “Kereta Misteri” yang terjawab dengan hadirnya kupu-kupu di akhir perjalanan.
Jalan Panjang dalam Bus Persaudaraan Karmel
Bus Panda yang mengantar kami dari Malang sampai Surabaya menjadi lambang yang tepat atas perjalanan persaudaraan kami. (Bus) Panda itu indah dan menyenangkan, begitu juga dengan persaudaraan dalam Karmel, indah dan menyenangkan. Walaupun memiliki dinamika naik dan turun, benci dan cinta, kecewa dan bangga, maupun marah dan bersahabat; namun semua itu jika dilihat dalam iman, sungguh-sungguh indah.
Mengapa perjalanan panjang kami menjadi lambang persaudaraan? Karena persaudaraan itu memang sebuah perjalanan panjang. Persaudaraan itu membutuhkan proses. Pengalaman yang saya alami bersama para frater Vacare Deo jilid II memperlihatkan proses itu. Bagaimana kami yang awalnya malu-malu akhirnya karena suatu proses kami pun menjadi dekat. Yang paling lucu, ketika para saudara yang dari Maumere akhirnya mau dirias oleh ‘tim tata rias andalan’ padahal awalnya tidak mau. Ya inilah perjalanan menuju persaudaraan. Penuh misteri tetapi menyatukan.
Namun tidak naif, persaudaraan itu memang penuh dinamika. Perjalanan kami bersama bus Panda itu juga penuh dinamika. Kadang susah melewati jalan sempit, melewati jalan terjal, kadang melewati jalan lurus beraspal, tapi juga jalan naik atau turun. Begitulah persaudaraan yang sejati dalam Karmel juga memiliki dinamika. Namun satu hal yang saya dapatkan dari Temu Persaudaraan ini, yaitu jika saya (kita) setia terhadap persaudaraan yang penuh misteri ini, maka saya dan para saudara yang lain akan menjadi pewarta bagi Gereja dalam mewartakan cinta kasih Allah Tritunggal. Sebab Roh persaudaraan dalam Karmel itu adalah Roh Cinta Kasih antara Allah Bapa dan Putera. Dan inilah panggilan para Karmelit dalam hidup persaudaraannya yaitu panggilan menjadi pewarta Cinta Kasih Allah Tritunggal.
Akhir Bayang-bayang “Kereta Misteri”
Inilah “Kereta Misteri” yang saya nikmati bersama dengan para saudara semua. Penasaran yang diliputi ketegangan, rasa senang, dan penuh kejutan; seperti permainan kereta misteri di Dufan. Namun di akhir perjalanan, ada sejuta kebahagiaan dan kelegaan. Inilah “Kereta Misteri” yang selalu ada di benak saya sepanjang perjalanan menggunakan Bus Panda; bus yang menaungi kami bagaikan kepompong. Dan setelah melewati misteri ini, saya dan para saudara yang lain memiliki satu cita yang sama yaitu “Berjalan dalam Persaudaraan”.
“Persaudaraan adalah langkah-langkah kecil menuju puncak Gunung Karmel, yaitu Allah dan Juru Selamat kita.”
*** Vacare Deo adalah kegiatan para frater untuk belajar mengosongkan diri di hadapan Allah melalui doa, persaudaraan, dan pelayanan , di mana mereka diajak untuk mengalami hidup bagi Tuhan yang hadir dalam diri sesama saudara dan orang yang mereka layani. Vacare Deo terakhir dilaksanakan pada libur Natal dan Tahun Baru, Desember – Januari, 2019 – 2020.
Fr. Marianus Ivo Meidinata, O. Carm. saat ini sedang menjalani Tahun Pastoral di Paroki Kristus Raja Perdagangan, Keuskupan Agung Medan.