
Pada tahun 2005 Ordo Karmel di Sumatera Utara khususnya di Keuskupan Agung Medan mencoba mencoba memulai rumah pendidikan rumah postulat khusus untuk calon-calon karmel. Tujunannya adalah untuk mencari panggilan dari wilayah Sumatera, dididik di sana dan untuk selanjutnya para calon akan menjalani masa Novisiat sampe tahap akhir pendidikan bergabung dengan provinsi di Malang. Tahap awal pendirian rumah pendidikan bagi para postulan ini adalah dengan meminjam rumah seorang umat yang ada di jalan Mekar Sidikalang yakni rumah Bapak P. Gultom. Hal ini dilakukan karena Ordo Karmel yang sudah 45 tahun berkarya di Keuskupan Agung Medan belum mempunyai rumah sendiri. Rektor pertama adalah Pastor Paulus Triyuwono O.Carm dengan jumlah siswa 6 orang.
Pada awal bulan Mei 2005 dimulailah pembangunan rumah pendidikan postulat di jalan Huta Gambir Sidikalang. Pembangunan ini baru selesai secara keseluruhan dan diberkati oleh uskup Agung Medan Mgr. A.G. Pius Datubara Ofm.Cap pada 7 Januari 2009. Pasa pembangunan berlangsung begitu lama karena memang dikerjakan bertahap mengingat bahwa pembangunan tersebut menelan banyak biaya.
Rumah pendidikan bagi para Postulan Karmel sudah berjalan hingga saat ini. Persoalan yang membutuhkan pemikiran adalah soal biaya hidup dan pendidikan yang lumayan besar. Dari pengalaman, para calon yang masuk berasal dari keluarga miskin. Berdasarkan pembicaraan dengan para calon, mereka memang mempunyai panggilan, ingin menjadi imam maupun biarawan Karmel, tetapi keluarga mereka miskin. Untuk biaya selama masa postulat dari keluarga para calon dimintai partisipasi sebanyak Rp. 350.000,- per bulan. Biaya sebesar ini bisa dikatakan hanya sepertiga dari biaya yang harus dikeluarkan setiap bulan bagi 1 orang calon. Namun pada kenyataannya itupun sulit dipenuhi oleh para calon. Selama ini, Ordo Karmel Sumatera tetap menerima mereka dan menutupi kekurangan itu dari Kas Komisariat yang tidak seberapa. Hal ini menjadi persoalan bagi Ordo sehubungan dengan biaya hidup dan biaya pendidikan selama menjalani masa postulat. Para pastor Karmel yang bekerja di Keuskupan Agung Medan berusaha membantu dari menyisihkan uang saku, tapi itu tidak seberapa dibanding dengan kekurangan yang harus ditutupi. Para pastor dan Ordo kesulitan mengingat semua pator yang ada di Keuskupan Agung Medan bekerja di paroki, sehingga tidak punya masukan lain selain dari apa yang sudah ditentukan Pihak Keuskupan bagi setiap imam. Oleh karena itulah kami mencoba mengetuk hati para umat, juga yang membaca tulisan ini untuk ikut membantu kami dalam mencarikan dana bagi pendidikan calon imam karmel.
MENDAMBAKAN ORANG TUA ASUH
Panggilan menjadi imam maupun biarawan untuk masa ini sangat sulit. Tetapi ketika masih ada anak muda yang mau menjadi imam atau biarwan, juga menimbulkan persoalan baru yakni biaya karena pada umumnya mereka berasal dari keluarga miskin. Tentu tidak mungkin kita menolak dan menghambat panggilan mereka karena kemiskinan mereka atau karena tidak sanggup dalam hal biaya. Tetapi bila menerima mereka, juga dari mana biaya untuk itu? Suatu persoalan besar tapi juga tidak menjadi persolan bila para umat katolik yang mendapat berkat lebih mau membantu menjadi orang tua asuh bagi mereka. Malahan keprihatinan ini bisa menjadi jalan berkat bagi para Saudara dan juga sebagai keterlibatan umat dalam mencari dan mendidik calon-calon imam kita.
Dalam hal ini, mungkin tidak banyak umat yang tidak bisa menyumbangkan anaknya untuk menjadi imam atau Biarawan, tetapi semua umat bisa melahirkan imam-imam baru dengan ikut membantu biaya pendidikan mereka. Sangatlah indah bila para umat katolik tidak hanya menikmati pelayanan para imam setelah mereka menjadi imam tetapi ikut berperan selama persiapan calon imam tersebut. Dengan demikian imam tersebut sejak pembinaan sudah merupakan bagian dari Gereja yang secara khusus karena keterlibatan umat beriman dalam pada pendidikan mereka.
Incoming search terms:
- contoh aktivitas yang dapat menarik kaum muda menjadi calon imam
- empat aktivitas yang bisa menarik kaum muda katolik untuk menjadi calon imam